Jadi anak muda KEREN!

Gabung Oriflame GRATIS

Jumat, 25 Januari 2013

Suamiku nggak seperti dulu lagi

Cerita ini adalah cerita inspiratif yang mungkin bisa kamu ambil nilai positifnya, mudah-mudahan bermanfaat yaa :) silahkan disimak


Kurang bahagia bagaimana lagi hidupku? suamiku tampan, kaya, baik hati, selalu jujur padaku, selalu menjadi imam yang baik untuk keluargaku, semua orang mengidolakannya dan teman-temanku banyak yang selalu bilang 'aku iri banget deh sama kamu, punya suami yang perfect!' ya memang suamiku perfect.

Aku yang tidak begitu cantik namun suamiku bisa membuatku merasa sangat cantik
Aku yang tidak lahir dari keluarga kaya namun suamiku membawaku pada kehidupan yang serba mewah dan semua yang kumau bisa kumiliki
Aku yang tidak banyak bisa melakukan sesuatu seperti masak, membersihkan rumah apalagi mencari uang namun suamiku selalu membuatnya mudah 'kan ada bibi, kamu santai aja dirumah ya, nggak perlu cari uang kan kebutuhanmu selalu kupenuhi'
Aku yang gampang marah karena dulu kehidupanku serba sulit namun setelah menikah suamiku selalu bisa menenangkan amarahku, meskipun kadang harus dengan tas tas branded atau jam tangan mahal senangnya aku merasa dimanjakan.




Kalau mau flash back ke tahun dimana aku belum menikah, rasanya hidupku sangat keras. Aku harus cari uang sendiri, menghidupi adik-adikku, stress karena banyak tekanan lalu aku berdoa pada Tuhan akhirnya bertemu dan menikah dengan suamiku adalah jawaban dari doaku. Terimakasih ya Tuhan....

Hidupku rasanya nyamaaaaannnn banget. Adik-adikku butuh uang? nih kuberikan berapapun jumlahnya. Anak-anakku mau beli sesuatu, tinggal pilih dan aku bisa membayarnya. Ibuku mau beli ini itu, silahkan bu aku bisa belikan. betapa nyamannya hidupku, karena kebaikan suamiku itu. Aku sangat bersyukur karenanya.

Sampai suatu hari, aku mendapatkan berita buruk. Dokter memvonis suamiku penyakit yang kejam, dan dikatakan bahwa hidup suamiku takkan lama lagi, mungkin hanya hitungan bulan atau Tahun. Aku lemas, lunglai, dunia seperti berputar dan aku sangat sedih...

'Ya Tuhan.. baru saja Engkau mengabulkan doaku kenapa kini Engkau memberiku cobaan lagi? apa hidupku kini terlalu enak? kalau begitu Tuhan, Engkau boleh mengambil semua yang enak-enak dalam hidupku, tapi sembuhkan lah suamiku dan utuhkanlah keluarga kami'

Memang Tuhan selalu baik, Ia mengabulkan doaku.

Kenikmatan itu luntur satu persatu..
Wajah suamiku yang tampan, fresh dan tubuhnya yang tinggi dan kekar kini lemas dan mulai mengurus, penampilan suamiku semakin tak menarik, ia benar-benar terlihat sakit..
Kekayaaan kami terkuras, suamiku tak bekerja lagi saat ia sakit, bisnisnya yang ia urus selama ini terpaksa harus kami jual satu persatu untuk pengobatannya...
Sejak sakit, suamiku sering mengumpat dan berkata kasar, ia sering mengeluh dan marah-marah ia merasakan sakit yang luar biasa.. aku hanya bisa terdiam menyaksikannya, seringkali menangis karena ia tak pernah begitu sebelumnya padaku..
Hanya satu yang ia tak pernah tinggalkan yaitu kewajibannya kepada Yang Maha Kuasa, itulah satu-satunya yang menghiburku..

Meskipun begini, situasi hubungan antara kami kadang semakin memburuk, biasanya suamiku selalu mesra dan aku penuh gengsi, biasanya ia yang merayu dan membuat suasana cair, sementara aku yang tak terbiasa jadi gugup ketika kini kebalikannya.. suamiku bersikap dingin seperti es! Aku semakin terpuruk.. tak ada lagi suamiku yang mesra dan penuh dengan cinta. Mungkin Tuhan mulai mengabulkan doaku, semua kesenanganku di ambil dan mudah-mudahan suamiku disembuhkan.

Aku tak berhenti merawat suamiku, apapun yang disarankan dokter dan keluarga dekat demi kesembuhannya aku lakukan, dan lagi-lagi doaku di ijabah suamiku dengan ajaibnya sembuh. Dokter bilang ini hanya mungkin terjadi jika Tuhan berkehendak. Aku sangat bersyukur suamiku bisa kembali.

Beberapa lama setelah ia sembuh, kehidupan kami banyak berubah. Yah.. namanya juga orang baru sembuh, nggak bisa langsung beraktivitas seperti sedia kala. Suamiku tak kehilangan sikap pemarah dan dingin yang mulai ada saat ia sakit.

'ma, panaskan air aku mau mandi! Siapkan makanan, aku mau makan! Siapkan semua keperluan anak-anak aku mau mereka tetap di urus dengan baik' semua perintahnya di ucapkan padaku seperti aku pembantu saja. Kadang kala meledak juga amarahku 'kok kamu memperlakukan aku kayak pembantu aja sekarang? capek aku begini begitu' dulu saat aku marah suamiku selalu mengalah, namun kini ia balik memarahi 'jangan membantah! Sebagai suamimu aku berhak melakukan ini!' kalo udah bilang begitu aku nggak bisa ngomong lagi... 

lama-lama hidupku di atur semua oleh suamiku, aku merasa dalam tekanan lagi, kini lebih parah dari saat aku single dulu, bebanku luar biasa. Suamiku tak lagi mampu memenuhi kebutuhan keluarga, aku terpaksa berfikir untuk mencarinya, tapi aku kehilangan cara.

'boros banget beli makanan mahal? order dari warung nasi di depan rumah sajalah, berhemat untuk kelangsungan hidup!' begitu bentak suamiku saat aku membelikannya dan anak-anakku makanan yang dulu biasa kami makan bersama. Piluuu sekali hatiku rasanya...

Kini aku bekerja mencari uang
Kini aku mengurus suamiku yang lagi dalam masa pemulihan
Kini aku mengurus anak-anakku 
Kini aku mengurus rumah dan seisinya
Kini aku sangat merasa lelah..

Aku berkata pada suamiku baik-baik di kala waktu santainya 'pap, aku merasa sekarang kamu nggak cinta sama aku lagi..' suamiku melihatku dengan marah, agaknya marah itu dibuat-buat tapi tetap aku merasa ciut. 'kamu mau disikapi bagaimana lagi, memangnya aku harus setiap hari bilang cinta ke kamu?' aku bingung mau jawab apa. Air mata menetes nggak berhenti dan suamiku beranjak masuk ke ruang kerjanya meninggalkan aku yang menangis, beda kayak dulu.. dulu setiap aku menangis suamiku selalu menenangkanku.

Suatu hari aku merasa tak tahan lagi. Kini suamiku benar-benar tidak mencari uang, dia hanya sibuk memulihkan diri dan bolak balik ruangan kerjanya, entah apa yang dia lakukan intinya dia tak pernah memberiku uang sama sekali. Aku merasa ingin menyudahi, meskipun yang ku inginkan ini adalah hal yang mungkin di benci Tuhan tapi rasanya aku harus menyampaikan ini pada suamiku.

Karena tak becus bicara aku menuliskannya surat;

"Dear Suamiku, kamu banyak berubah. Kamu tak lagi sama seperti suamiku yang dulu yang begitu membuatku nyaman dan bahagia, kamu seringkali membuatku menangis dan tersinggung karena bentakanmu, aku tak lagi merasa dicintai.. begitulah kini pudar cintaku padamu, jika memang kamu tak lagi cinta padaku maka tinggalkan saja aku. Ceraikan saja aku."

Cintaku tak pudar padanya, namun dengan semua keadaan ini aku nggak tahan... lalu kuselipkan surat itu di bawah pot bunga yang selalu ia siram saat pagi hari, kemudian aku tertidur.

Esok paginya aku bangun dan mengurus anak-anakku untuk pergi sekolah, namun aku tak menemukan suamiku dimana. Ketika aku cek suratku di bawah pot, dan surat itu sudah tak ada, bahkan potnya pun tak ada. Kemudian aku melihat meja makan, disitu ada sebuah kotak besar yang cantik, ku dekati kotak itu dan kubaca tulisan 'untuk istriku' kubuka kotak itu dan di atas tumpukan kertas-kertas aku menemukan sepucuk surat untukku, isinya :

"dear istriku sayang, maafkan atas semua sikapku yang tak menyenangkan pada saat aku sakit kemarin bahkan hingga kini, satu hal yang harus kamu tau hatiku tak akan berhenti hingga kapanpun untuk mencintaimu juga anak-anak kita..

Pada saat aku sakit, aku sungguh tertegun melihatmu mengurusku, kau tidak bisa melakukan segala hal dengan baik, kau selalu tanpa persiapan, kau tak bisa mengurus anak-anak dengan baik, bahkan mengurus rumah. Aku baru sadar selama ini aku terlalu memanjakanmu dengan semua yang kumiliki. Namun tahukah istriku sayang? apa yang paling kutakutkan dari semuanya? Adalah jika aku akhirnya harus meninggalkanmu di dunia ini sendiri..

Bisakah kau hidup dengan baik tanpaku?
Bisakah kau mengurus anak-anak kita dengan baik?
Bisakah kau tetap membantu adik-adikmu dan membahagiakan ibumu?
Bisakah kau mengelola apa yang mungkin kau tinggalkan?
Bisakah kau bahagia dengan apa yang kau miliki jika aku tak ada?

Dari semua pertanyaanku aku ingin kau menjawab dengan yakin BISA. Dengan itu aku sungguh bahagia. Berkata keras dan bersikap dingin padamu adalah hal yang juga menyakitkan hatiku, pada saat kau menangis dan aku malah meninggalkanmu aku pun menangis tanpa kau tau.

Maaf karena kini seluruh biaya-biaya hidup kau yang harus mencari dan menanggungnya. Aku sengaja tak ingin memberimu harta apapun lagi, aku ingin kau merasakan bagaimana sulitnya mencari uang dan menanggung seluruhnya sendiri.

Maaf karena aku harus bersandiwara.. Maaf kalau dokterpun harus ikut bersandiwara, Maaf kalau kau terus merawatku tapi aku tak kunjung terlihat benar-benar sehat. Namun itu semua sudah usaha terakhirku. Penyakit ini tak hilang.. hanya saja aku sembunyikan.

Aku hanya ingin kau KUAT dan menjadi wanita yang LUAR BIASA. Wanita yang bisa menjalani semuanya sendiri, tanpa aku. Aku takkan menceraikanmu sampai akhir hayatku.. yang mungkin tinggal beberapa saat lagi.

Saat kau membaca surat ini, mungkin aku sudah berada di rumah sakit dan terbaring disana dengan alat-alat infus. Jika kau masih mencintaiku dengan keadaanku kini, aku memohon kedatanganmu."

Aku terduduk dan menangis keras-keras sambil memukul kepalaku, betapa bodohnya aku menganggap ia tak lagi mencintaiku dan kini aku langsung mendatangi rumah sakit dan menemukan suamiku terbaring di kamar rumah sakit tersebut. Dengan suaranya yang lemah ia berkata

'terimakasih sudah datang ya...' aku hanya memeluknya dan menangis terus
'kenapa harus bohong dan bilang kamu sudah sembuh? kenapa?' tanyaku sambil menangis tak keruan.
'aku ingin menghabiskan waktuku untuk mendidikmu dengan baik meskipun kau merasa tak baik aku tak ingin kau tak bisa melakukan apa-apa saat aku tak ada'
'semua yang ada di dalam kotak itu adalah harta yang kusimpan untukmu dan anak-anak, jaga dan kelola dengan baik, kini aku percaya bahwa kau bisa melakukannya' kata suamiku padaku..

Aku benar-benar tak berhenti menangis hingga akhirnya suamiku menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Ya Tuhan... Engkau telah mengambilnya dariku, dengan sangat menyesali kepergiannya aku terus meratapi makam suamiku. Ia telah menjadi suami yang baik, ia telah mendidikku dan memberi tahu bagaimana aku harus kuat berdiri di atas kakiku sendiri untuk menghadapi dunia ini. Ia membuatku KUAT menerima apapun, termasuk pada saat ia meninggalkanku dan anak-anak di dunia ini.
------------------------------------------------------------------------------------

Kini anakku yang pertama, Naura sudah dewasa dan sudah cukup umur untuk menikah, dia bertanya kepadaku. 'Mam, pria seperti apa yang harus nya menjadi suamiku? apa dia harus kaya agar hidupku bisa terjamin?' lalu aku menjawabnya 'tidak nak, kamu harus memiliki suami yang sangat mencintaimu dan bisa mendidikmu untuk KUAT menghadapi dunia ini dengan atau tanpanya, karena kita takkan tahu apa yang Tuhan takdirkan kepada kita, jadilah wanita yang independent dan penuh kasih sayang, carilah suami yang seperti almarhum ayahmu'

Sambil mengatakan itu aku meneteskan air mata, mengingat suamiku yang sudah lebih dulu bersama Tuhan.

Terimakasih suamiku ... kini aku bisa KUAT menjalani hidup ini dan menjaga anak-anak kita.


Dari cerita ini sahabatku, yang bisa kita ambil dari cerita inspiratif ini adalah carilah suami/pasangan hidup ataupun teman/sahabat yang seringkali memarahi dan menegaskan kita dalam hal yang positif dan membangun potensi diri agar kita selalu bisa menjadi manusia yang KUAT dalam hidup ini, bukan pasangan yang membuat kita selalu nyaman sehingga kita menjadi lemah. Karena tidak semua yang kita miliki akan selamanya kita miliki.

Semoga kisah ini bisa memberikan inspirasi untuk semua Anna's friends yang membaca, jangan lupa di share ke teman-teman yang lain yaaa :)


3 komentar:

  1. subhanallah ceritanya mba..
    sampai merinding-merinding bacanya, terima kasih ya, banyak sekali ilmu yang saya dapat dari tulisan ini.

    BalasHapus
  2. Sama sama yaaa mudah-mudahan kita bisa jadi wanita yang kuat dan selalu mampu menghadapi hidup :) semangat!

    BalasHapus